Ruang Takut dalam Diri

November 3, 2010

Setiap kita memiliki ruang rasa takut dalam diri. Mungkin ia berada di hati dan pikiran. Ketika kita senang, nyaman, tak ada gangguan apa-apa, ruang rasa takut itu seakan sedang kosong. Kita bisa tertawa. Tersenyum dan bahkan bernyanyi riang. Saat itu, kegembiraan dan kedamaian adalah milik kita. Bagi yang bersyukur, ia akan berkata, Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Kita bisa merasakan nikmat hidup.
Baca entri selengkapnya »


CALIAH

Oktober 21, 2010

Caliah ada untuk mengatakan yang tidak baik agar terlihat baik-baik saja
ilustrasi
Dalam Kamus Bahasa Minangkabu  Indonesia, terbitan Anggrek Media, yang disusun dan dihimpun Abdulkadir Usman Dt. Yang Dipatuan, kata caliah berarti banyak alasan, pandai mengada-ada. Kalau kita punya teman, dia suka berbohong atau banyak alasan untuk sesuatu yang bukan sebenarnya, ia bisa disebut pancaliah. Seorang pancaliah, biasanya pandai berkata-kata, bermimik pun diupayakan terlihat seakan-akan pancaran dari hatinya yang jujur dan apa adanya. Walau setiap ketemu kita cipika-cipiki (cium pipi kiri dan cium pipi kanam, muaccch), belum tentu cihaka-cihiki (cium hati kiri dan cium hati kanan). Hati yang berciumanlah yang sesungguhnya mampu mengobati noda lantaran tak jujur.
Baca entri selengkapnya »


GALEMEANG

Oktober 21, 2010

Galemeng atau galemeang sama saja. Artinya juga sama. Kalau diterjemahbebaskan bisa pula berarti: sedikit sekali, sangat kecil, belum apa-apa. Kalau dikiaskan, seujung kuku. Yah, sekelas dengan secuillah.
Baca entri selengkapnya »


TERSESAT DI JALAN YANG BENAR

Oktober 21, 2010

=Bagian 3 Tentang Wisran Hadi=

Tiba-tiba, ketika baru sampai di Jakarta, Buya Haji Darwas Idris, ulama ahli hadist dan Imam Besar Masjid Raya Muhammadiyah Padang mendadak sakit. Padahal, niatnya bertolak dari Padang singgah di Jakarta kemudian rencananya menuju Ponorogo  untuk memenuhi undangan panitia Muktamar Muhammadiyah / Majlis Tarjih di Ponorogo. Buya Darwas, begitu ia dikenal, akhirnya membatalkan niatnya ke Ponorogo. Acara penting bagi seorang ulama terkemuka Ranah Minang itu, dengan terpaksa tak bisa diikutinya. Ketika itu tahun 1969.

Baca entri selengkapnya »


MELUKIS KATA MENJADI BERJIWA

Oktober 21, 2010

=Bagian 2 Tentang Wisran Hadi=

Ketika tamat ASRI Yogyakarta tahun 1969, Wisran Hadi pulang ke Padang. Sebagaimana selama kuliah di Yogya, di Padang ia ingin tetap melukis. Tapi ia malah kecewa, sebab untuk membeli cat ketika itu, ia harus pergi ke Medan yang berjarak 400 km lebih dari Padang. Ini sangat menyulitkan, dan tentu mengganggu pikiran. Jelas, dalam soal biaya, termasuk harga cat dan ongkos ke Medan, dirasakan ketika itu sebagai suatu yang mustahil bisa diatasi.
Baca entri selengkapnya »


MENGGANGGU PIKIRAN DENGAN KATA

Oktober 21, 2010

=Bagian 1 tentang Wisran Hadi=

Karena lebih banyak melahirkan"wisran hadi" naskah drama dibanding novel dan cerita pendek, ditambah lagi ia juga seorang sutradara teater, maka tak heran kalau Wisran Hadi lebih kental disebut sebagai salah seorang tokoh teater Indonesia. Di dalam kehidupan kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Minangkabau, Wisran Hadi adalah seorang seniman yang fenomenal.
Baca entri selengkapnya »


KAPERE

Oktober 20, 2010

Kapere, keindahan untuk menyuburkan kebermaknaan

Ada kata yang, barangkali oleh sebagian besar kaum muda Minangkabau, tidak dikenalnya sama sekali. Atau, saya yang memang abai mendengar atau menemukan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari selama ini? Entahlah!
Suatu siang, ketika menemani orang rumah (istri) ke Pasar Siteba, saya mendengar kata yang menggoda “rasakata” saya. Kata itu adalah: “kapere”. Seorang perempuan tua penjual sayur, ketika ditanya keadaan anaknya yang di Batam, ia menjawab, ”Inyo sadang kapere kini. Tapi, baa juo lai. Awak di siko takapere pulo. Sagalo maha!Apo lai di Batam” (Dia sedang kapere kini. Tapi bagaimana lagi. Kita di sini takapere juga. Segala mahal. Apalagi di Batam).

Baca entri selengkapnya »


BARANGIN

Oktober 20, 2010

Ada yang menarik di orang Minang ini. Menggelari atau menyebut orang “barangin”, arti yang ditawarkannya bisa membuat kita mengangguk (kalau memang dia berangin), tersenyum simpul (kalau ungkapan itu sindiran gurau) atau kita sendiri yang dikatakan “barangin” dan mendengarnya malah cengengesan, sembari mengumpat, “Kurang ajar!”

Barangin ternyata sama dengan kurang waras, tidak bisa jadi pegangan, suka asyik dengan diri dan pikiran sendiri. Barangin boleh juga sebutan orang yang nekat (Hati-hati, dia barangin itu…) Suka diasung. Ada pula orang, kalau ada temannya yang tidak punya rasa malu, tidak pernah pakai etika di mana pun dia ada, maka enak saja dibilang, “dia barangin”. Kalau ada yang marah, maka akan ada pula yang menyela, “Biar sajalah, dia barangin…. Kalau marah kita ke dia, kita pula yang barangin namanya….”

Baca entri selengkapnya »


Tuhan, Kuatkanlah Bahuku

Oktober 20, 2010

Jangan meminta beban yang ringan pada Tuhan. Mintalah bahu yang kuat!
(Karen Amstrong)

Dalam berdoa, atau ketika disuruh memilih, banyak orang ingin dimudahkan. Diberi keringanan. Dibantu dalam banyak hal. Tidak perlu memahami, betapa upaya yang pahit, jika berhasil, terasa manis. Bahwa kehidupan ini memerlukan proses, sehingga kelak, semua diyakini tidaklah sesuatu yang ada serta-merta.
Baca entri selengkapnya »


LINDANG

Oktober 20, 2010

Dalam terang, ingatlah lindangmu

Bagi orang Minang, kata “lindang” sesungguhnya tak asing lagi. Kalau diartikan menurut yang tercatat di kamus, lindang berarti tidak bersisa sama sekali; hilang; lenyap. Seorang istri, meratap, ketika semua harta dan uang simpanannya habis tandas. Ibunya mendengar derita si anak, lalu bercerita ke orang lain dengan perasaan tertekan, “Lindang semua harta anakku dibawa berjudi oleh lakinya….”
Baca entri selengkapnya »